PAPUATENGAH.DISWAY.ID - Ketegangan militer antara Iran dan Israel kini tak hanya berdampak pada keamanan regional, tetapi juga mengancam stabilitas ekonomi global, termasuk Indonesia. Para pakar ekonomi pun angkat bicara dan memberikan peringatan serius atas potensi ancaman ini.
Salah satu suara penting datang dari Achmad Nur Hidayat, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta. Ia menilai bahwa Indonesia menghadapi badai ekonomi global di saat yang tidak tepat.
“Indonesia tengah berada dalam masa pemulihan pasca-pandemi. Namun, proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2025 yang hanya berada di kisaran 4,5–4,7 persen, bahkan berisiko turun ke 4,0 persen, membuat posisi kita makin rentan terhadap guncangan global seperti konflik Iran-Israel,” ungkap Achmad kepada Disway grup, Kamis (19/6/2025).
BACA JUGA:Presiden Minta Tambah 100 Sekolah Rakyat, Kemensos Harapkan Pemda Aktif Dukung Program
Achmad menekankan pentingnya penguatan fondasi ekonomi domestik untuk menghadapi dampak eksternal. Beberapa langkah strategis yang disarankannya antara lain:
- Menjaga stabilitas harga dengan kebijakan moneter dan fiskal yang hati-hati
- Melindungi daya beli masyarakat melalui bantuan sosial yang tepat sasaran dan penyesuaian upah
- Menciptakan iklim investasi yang sehat dengan memangkas birokrasi dan memberi insentif menarik
“Pemerintah perlu menyiapkan skenario darurat untuk menghadapi kemungkinan lonjakan harga minyak dan komoditas lainnya. Solusinya bisa berupa subsidi yang terarah dan kebijakan fiskal yang fleksibel serta responsif terhadap perubahan pasar,” ujarnya.
Menurut Achmad, terlalu bergantung pada satu sumber energi atau rantai pasok tunggal merupakan risiko besar dalam kondisi global yang tidak menentu. Karena itu, diversifikasi energi dan ekonomi menjadi kunci.
BACA JUGA:Ini Rincian Dana Transfer Rp15,7 Triliun untuk Papua Tengah dan 8 Kabupaten Tahun 2025
Beberapa strategi penting yang disorotinya:
- Percepat pengembangan energi terbarukan
- Perkuat rantai pasok dalam negeri
- Fokus pada sektor ekonomi tangguh, seperti ekonomi digital dan industri pengolahan bernilai tambah tinggi
“Program hilirisasi industri harus dipercepat agar Indonesia tak lagi sekadar pengekspor bahan mentah. Ini langkah penting untuk menciptakan nilai tambah dalam negeri,” jelasnya.
Achmad menutup pernyataannya dengan analogi yang menggugah:
“Kita tidak bisa menghentikan badai, tapi kita bisa memperkuat kapal. Kita harus mengencangkan sabuk pengaman dan merancang strategi pelayaran yang adaptif. Kuncinya adalah kebijakan cerdas dan kolaborasi kuat antar sektor.”